Cerita Anak Usia 7-11 Tahun "Si Pandai yang Gemar Menyontek"
Si
Pandai yang Gemar Menyontek
Yunisa
Cika
adalah seorang murid SD Negeri Malangan yang sangat pandai. Dia duduk di bangku
kelas 6 SD. Cika anak yang rajin. Di rumah Cika menyibukkan dirinya untuk
belajar dengan giat. Ketika ada waktu senggang, ia gunakan untuk membantu orang
tua. Anak berkulit sawo matang, berambut hitam panjang, dan berwajah manis ini jarang
bermain bersama teman-temannya ketika di rumah. Orang tuanya selalu
memanjakannya ketika dia berhasil mendapatkan peringkat 1 di kelas. Apapun yang
Cika minta selalu dipenuhi oleh orang tuanya.
Cika
memang selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas. Dirinya berturut-turut
mendapatkan peringkat 1 saat duduk di bangku kelas 1 sampai kelas 4. Orang
tuanya yang selalu mendampinginya belajar dan memberikan les tambahan,
menjadikan dirinya anak yang sangat pandai di kelas. Namun, saat di kelas 5
ternyata peringkat Cika turun. Cika mendapatkan peringkat 2 ketika Ujian
Kenaikan Kelas. Yang berhasil mendapatkan peringkat 1 saat itu adalah
Lois, teman sebangkunya. Lois juga anak
yang pandai. Teman sebangku Cika ini berwajah cantik, berkulit putih, dan
berambut kecoklatan. Lois biasanya mendapatkan peringkat 2 atau 3, tetapi saat
kelas 5 dirinya berhasil mendapatkan peringkat 1 menggantikan posisi Cika. Cika
sangat sedih saat itu. Dirinya merasa tersaingi oleh teman sebangkunya. Dia
juga tidak tahu mengapa peringkatnya bisa merosot dari tahun-tahun sebelumnya.
Semenjak
kejadian itu, Cika pun berusaha untuk belajar lebih rajin lagi. Dirinya tidak
pernah menyempatkan waktu untuk membantu orang tua. Cika juga sama sekali tidak
pernah mau bermain bersama teman-temannya. Dirinya takut jika di kelas 6 ini,
peringkat 1 nya akan jatuh ke tangan Lois kembali. Cika semakin tekun belajar.
Sepulang sekolah dirinya belajar mulai jam 1 siang hingga jam 4 sore. Malamnya
ia juga belajar mulai dari jam 7 malam hingga jam setengah 10 malam.
Pada
suatu hari, tibalah saat kelas 6 menempuh Ujian Akhir Semester 1. Cika telah
mempersiapkan dengan matang untuk mengikuti ujian tersebut. Kebetulan saja
ketika ujian, Cika mendapatkan bangku yang bersebelahan dengan Lois lagi. Pengawas
ujian pun memberikan lembar soal dan lembar jawaban kepada seluruh murid.
Mereka mengerjakan ujian dengan tenang. Masing-masing fokus pada lembar soal ujian yang mereka pegang.
Saat
hendak mengerjakan soal ujian, tiba-tiba Cika merasa dirinya sangat gugup dan
takut. Keringat bercucuran di dahinya. Seragamnya mulai basah karena keringat.
Dirinya merasa ketakutan jika hasil ujiannya telah keluar nanti, Lois akan kembali menyainginya menjadi peringkat 1. Seketika
semua materi yang telah dipelajarinya hilang dari kepala. Kecemasannya membuat ia
lupa pada semua materi yang telah dipelajarinya. Cika kebingungan untuk
menjawab soal. Ia pun berusaha untuk mengerjakan soal semampunya. Tidak terasa
waktu pun berlalu. Pengawas ujian memperingatkan kepada para siswa bahwa waktu
mengerjakan soal ujian tersisa 15 menit saja. Banyak soal Cika yang belum
terjawab karena kecemasannya. Cika pun putus asa dan mencoba untuk melihat
jawaban Lois. Cika melihat bahwa jawaban mereka berdua banyak yang berbeda.
Cika pun jadi ragu dengan jawabannya sendiri. Dirinya mencoba untuk mengganti
jawabannya dan menyamakan dengan jawaban Lois. Saat waktu ujian telah habis,
pengawas pun meminta semua lembar soal dan lembar jawaban untuk dikumpulkan.
Seminggu
pun berlalu, Ujian Akhir Semester telah selesai. Ibu Riska, guru wali kelas
Cika merasa ada yang aneh dengan kedua jawaban ujian muridnya. Jawaban mata
pelajaran bahasa Indonesia Cika dan Lois sama persis. Salah dan benarnya pun di
angka yang sama. Mereka berdua sama-sama mendapatkan nilai 88. Bu Riska
akhirnya memutuskan untuk memanggil mereka berdua menemuinya di kantor guru.
“Lois, Riska, ibu ingin berbicara kepada
kalian berdua. Ibu mohon kalian berdua menjawab pertanyaan Ibu dengan jujur”,
pinta Bu Riska.
“Baik
Bu Riska”, jawab Lois dan Cika hampir bersamaan.
“Selamat, kalian berdua telah mendapatkan
nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas 6”, ucap Bu Riska
sembari memberikan lembar jawaban yang telah dinilai.
Cika
dan Lois pun saling memandang ketika nilai mereka sama. Sejenak mereka berdua
pun kebingungan, sebab jawaban yang salah dan benar mereka berada di angka yang
sama.
“Nilai kalian sama persis, 88. Tapi
di sini ibu tidak mempermasalahkan berapa nilai yang kalian dapatkan. Ibu hanya
ingin bertanya, apakah kalian saling menyontek saat ujian kemarin? Jawaban
salah dan benar kalian berada di angka yang sama”, tanya Bu Riska dengan tegas.
“Saya
tidak menyontek Bu”, jawab Cika.
“Saya
juga tidak menyontek Cika, Ibu. Saya mengerjakan soal sendirian”, jawab Lois.
“Baiklah,
jadi tidak ada yang mau mengaku? Tidak apa-apa, Ibu hanya ingin murid Ibu jujur
dan menghargai proses. Ibu lebih suka murid yang nilainya pas-pasan tapi jujur,
daripada murid yang mendapat nilai tinggi tetapi dari hasil menyontek. Yasudah
silakan kalian kembali ke kelas”, pinta bu Riska.
Hari penerimaan rapor selama 1
semester pun tiba. Cika berharap dirinya yang berhasil merebut peringkat 1
kembali. Dirinya juga telah menyontek Lois di beberapa mata pelajaran ketika
ujian. Ia semakin yakin mampu mengalahkan Lois di kelas 6 ini.
Rapor
Cika diambil oleh Ibunya. Sepulang sekolah Ibu Cika sangat terkejut melihat
rapor anaknya yang buruk pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ibu Cika pun
menanyakan hal tersebut, karena tidak biasa Cika mendapatkan nilai buruk. Cika
pun jujur kepada ibunya bahwa saat ujian bahasa Indonesia dirinya merasa tidak
yakin dengan jawabannya. Ia juga merasa gugup saat mengerjakan ujian, Cika pun
memutuskan untuk menyontek jawaban Lois. Ibu Cika menasehati Cika bahwa
perbuatannya itu salah. Cika akhirnya meminta maaf kepada Lois. Cika pun
mengakui bahwa dirinya telah menyontek jawaban Lois ketika ujian kemarin di
hadapan Lois dan Bu Riska. Rapor bahasa Indonesia Lois dan Cika yang saat itu
sama-sama diberi nilai buruk pun diganti oleh Bu Riska karena salah satu dari
mereka sudah mau mengakui perbuatannya. Semenjak kejadian itu, Cika dan Lois
pun memutuskan untuk belajar dan bermain bersama tanpa adanya rasa persaingan
memperebutkan peringkat.
kisahnya sangat dekat dengan anak-anak✨
BalasHapusWahh, cocok untuk anak-anak!
BalasHapusotw kasih ke ponakan biar dibaca
BalasHapusAnakku tak bacain katanya ceritanya bagus
BalasHapusceritanya bagus kalo dikasih ke anak-anak ini
BalasHapusCocok nih buat anak2
BalasHapuskeren banget ceritanya cocok buat anak-anak
BalasHapuskewren
BalasHapuswah cocok nih buat adekku
BalasHapus