Cerita Anak Usia 7-11 Tahun "Si Pandai yang Gemar Menyontek"

 

Si Pandai yang Gemar Menyontek

Yunisa


Sumber: https://www.bing.com/images/create

 

Cika adalah seorang murid SD Negeri Malangan yang sangat pandai. Dia duduk di bangku kelas 6 SD. Cika anak yang rajin. Di rumah Cika menyibukkan dirinya untuk belajar dengan giat. Ketika ada waktu senggang, ia gunakan untuk membantu orang tua. Anak berkulit sawo matang, berambut hitam panjang, dan berwajah manis ini jarang bermain bersama teman-temannya ketika di rumah. Orang tuanya selalu memanjakannya ketika dia berhasil mendapatkan peringkat 1 di kelas. Apapun yang Cika minta selalu dipenuhi oleh orang tuanya.

Cika memang selalu mendapatkan peringkat 1 di kelas. Dirinya berturut-turut mendapatkan peringkat 1 saat duduk di bangku kelas 1 sampai kelas 4. Orang tuanya yang selalu mendampinginya belajar dan memberikan les tambahan, menjadikan dirinya anak yang sangat pandai di kelas. Namun, saat di kelas 5 ternyata peringkat Cika turun. Cika mendapatkan peringkat 2 ketika Ujian Kenaikan Kelas. Yang berhasil mendapatkan peringkat 1 saat itu adalah Lois,  teman sebangkunya. Lois juga anak yang pandai. Teman sebangku Cika ini berwajah cantik, berkulit putih, dan berambut kecoklatan. Lois biasanya mendapatkan peringkat 2 atau 3, tetapi saat kelas 5 dirinya berhasil mendapatkan peringkat 1 menggantikan posisi Cika. Cika sangat sedih saat itu. Dirinya merasa tersaingi oleh teman sebangkunya. Dia juga tidak tahu mengapa peringkatnya bisa merosot dari tahun-tahun sebelumnya.

Semenjak kejadian itu, Cika pun berusaha untuk belajar lebih rajin lagi. Dirinya tidak pernah menyempatkan waktu untuk membantu orang tua. Cika juga sama sekali tidak pernah mau bermain bersama teman-temannya. Dirinya takut jika di kelas 6 ini, peringkat 1 nya akan jatuh ke tangan Lois kembali. Cika semakin tekun belajar. Sepulang sekolah dirinya belajar mulai jam 1 siang hingga jam 4 sore. Malamnya ia juga belajar mulai dari jam 7 malam hingga jam setengah 10 malam.

Pada suatu hari, tibalah saat kelas 6 menempuh Ujian Akhir Semester 1. Cika telah mempersiapkan dengan matang untuk mengikuti ujian tersebut. Kebetulan saja ketika ujian, Cika mendapatkan bangku yang bersebelahan dengan Lois lagi. Pengawas ujian pun memberikan lembar soal dan lembar jawaban kepada seluruh murid. Mereka mengerjakan ujian dengan tenang. Masing-masing fokus  pada lembar soal ujian yang mereka pegang.

Saat hendak mengerjakan soal ujian, tiba-tiba Cika merasa dirinya sangat gugup dan takut. Keringat bercucuran di dahinya. Seragamnya mulai basah karena keringat. Dirinya merasa ketakutan jika hasil ujiannya telah  keluar nanti, Lois akan kembali  menyainginya menjadi peringkat 1. Seketika semua materi yang telah dipelajarinya hilang dari kepala. Kecemasannya membuat ia lupa pada semua materi yang telah dipelajarinya. Cika kebingungan untuk menjawab soal. Ia pun berusaha untuk mengerjakan soal semampunya. Tidak terasa waktu pun berlalu. Pengawas ujian memperingatkan kepada para siswa bahwa waktu mengerjakan soal ujian tersisa 15 menit saja. Banyak soal Cika yang belum terjawab karena kecemasannya. Cika pun putus asa dan mencoba untuk melihat jawaban Lois. Cika melihat bahwa jawaban mereka berdua banyak yang berbeda. Cika pun jadi ragu dengan jawabannya sendiri. Dirinya mencoba untuk mengganti jawabannya dan menyamakan dengan jawaban Lois. Saat waktu ujian telah habis, pengawas pun meminta semua lembar soal dan lembar jawaban untuk dikumpulkan.

Seminggu pun berlalu, Ujian Akhir Semester telah selesai. Ibu Riska, guru wali kelas Cika merasa ada yang aneh dengan kedua jawaban ujian muridnya. Jawaban mata pelajaran bahasa Indonesia Cika dan Lois sama persis. Salah dan benarnya pun di angka yang sama. Mereka berdua sama-sama mendapatkan nilai 88. Bu Riska akhirnya memutuskan untuk memanggil mereka berdua menemuinya di kantor guru.

“Lois, Riska, ibu ingin berbicara kepada kalian berdua. Ibu mohon kalian berdua menjawab pertanyaan Ibu dengan jujur”, pinta Bu Riska.

“Baik Bu Riska”, jawab Lois dan Cika hampir bersamaan.

“Selamat, kalian berdua telah mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas 6”, ucap Bu Riska sembari memberikan lembar jawaban yang telah dinilai.

Cika dan Lois pun saling memandang ketika nilai mereka sama. Sejenak mereka berdua pun kebingungan, sebab jawaban yang salah dan benar mereka berada di angka yang sama.

            “Nilai kalian sama persis, 88. Tapi di sini ibu tidak mempermasalahkan berapa nilai yang kalian dapatkan. Ibu hanya ingin bertanya, apakah kalian saling menyontek saat ujian kemarin? Jawaban salah dan benar kalian berada di angka yang sama”, tanya Bu Riska dengan tegas.

“Saya tidak menyontek Bu”, jawab Cika.

“Saya juga tidak menyontek Cika, Ibu. Saya mengerjakan soal sendirian”, jawab Lois.

“Baiklah, jadi tidak ada yang mau mengaku? Tidak apa-apa, Ibu hanya ingin murid Ibu jujur dan menghargai proses. Ibu lebih suka murid yang nilainya pas-pasan tapi jujur, daripada murid yang mendapat nilai tinggi tetapi dari hasil menyontek. Yasudah silakan kalian kembali ke kelas”, pinta bu Riska.

            Hari penerimaan rapor selama 1 semester pun tiba. Cika berharap dirinya yang berhasil merebut peringkat 1 kembali. Dirinya juga telah menyontek Lois di beberapa mata pelajaran ketika ujian. Ia semakin yakin mampu mengalahkan Lois di kelas 6 ini.

Rapor Cika diambil oleh Ibunya. Sepulang sekolah Ibu Cika sangat terkejut melihat rapor anaknya yang buruk pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Ibu Cika pun menanyakan hal tersebut, karena tidak biasa Cika mendapatkan nilai buruk. Cika pun jujur kepada ibunya bahwa saat ujian bahasa Indonesia dirinya merasa tidak yakin dengan jawabannya. Ia juga merasa gugup saat mengerjakan ujian, Cika pun memutuskan untuk menyontek jawaban Lois. Ibu Cika menasehati Cika bahwa perbuatannya itu salah. Cika akhirnya meminta maaf kepada Lois. Cika pun mengakui bahwa dirinya telah menyontek jawaban Lois ketika ujian kemarin di hadapan Lois dan Bu Riska. Rapor bahasa Indonesia Lois dan Cika yang saat itu sama-sama diberi nilai buruk pun diganti oleh Bu Riska karena salah satu dari mereka sudah mau mengakui perbuatannya. Semenjak kejadian itu, Cika dan Lois pun memutuskan untuk belajar dan bermain bersama tanpa adanya rasa persaingan memperebutkan peringkat.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Cerpen "Anjing-anjing Menyerbu Kuburan" Karya Kuntowijoyo

Teks Eksposisi "Penetapan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi UNESCO"

Resensi Film "Budi Pekerti"