Esai "Terbunuhnya Toko Offline"

Sumber: https://id.pinterest.com/ 


Terbunuhnya Toko Offline

Saat ini kita hidup di masa era industri 4.0. Sebagian besar dari kalian mungkin sudah paham akan definisi dan keadaan industri 4.0 yang sedang kita hadapi, namun juga ada beberapa yang belum paham bagaimana gambaran dari industri era 4.0. Revolusi industri 4.0 sendiri memiliki pengertian transisi penggunaan media online untuk proses industri sebagai akar utamanya dan kegiatannya dilakukan secara virtual/daring. Dari pengertian tersebut sudah sangat tergambarkan jelas bukan dari kehidupan kita saat ini. Menurut Purba, Yahya, dan Nurbaiti (2021:95) Fenomena pemakaian digital dalam kehidupan manusia di revolusi industri 4.0 dapat ditemui dalam berbagai keseharian masyarakat. Contoh fasilitas yang dapat digunakan dalam wujud peran teknologi dunia bisnis adalah komputer dan gadget dalam konteks digitalisasi pemakaian mata uang (e-money), pemakaian media digital (e-media), hingga berkembang pesatnya film berbasis digital. Revolusi industri 4.0 ditandai dengan peningkatan digitalisasi manfaktur yang didorong oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah peningkatan konektivitas kecerdasan bisnis, sampai kepada peningkatan interaksi baru antara manusia dengan mesin. Kehidupan sehari-hari kita mulai dari sekolah yang dilaksanakan secara online, bekerja dapat dilaksanakan online, bahkan melakukan transaksi jual beli belanja kebutuhan apapun juga dapat kita lakukan menggunakan media online.

Semenjak terjadi pandemi mulai tahun 2020 lalu sampai sekarang masa pemulihan, sekolah mampu dilaksanakan tanpa adanya pertemuan langsung antara guru dengan anak murid. Tidak perlu face to face dalam kegiatan pembelajaran. Sekolah dapat dilakukan di rumah, taman, tempat rekreasi, jalan, tempat makan, bahkan dapat diakses di manapun. Cukup menyediakan smartphone ataupun laptop sebagai penunjang akses belajar, dan tentunya kuota atau wifi yang memadai, serta sinyal yang kuat. Selain terjadinya transisi sekolah yang pada umumnya dilaksanakan secara luring, guru bertemu langsung dengan murid, serta pemaparan materi secara langsung, bekerja juga dapat dilaksanakan melalui daring. Tentunya hal tersebut adalah salah satu dampak dari revolusi industri 4.0. Lihat saja, bagi kalian yang orang tuanya berprofesi sebagai pegawai kantor, guru, dosen, dan sejenisnya. Mereka dulunya bekerja berangkat pagi dan pulang sore, bahkan larut malam bukan? Adanya alat teknologi canggih saat ini mereka dapat melakukan pekerjannya dari rumah. Gadget mampu mengontrol serta merubah pola hidup masyarakat dengan begitu cepat. Tidak hanya sekolah dan bekerja yang mampu kita operasikan secara virtual, belanja pun demikian. Barang apapun yang kita butuhkan, mulai dari sembako, makanan, minuman, pakaian, alak elektronik, perabotan, kendaraan, bahkan apapun dapat kita akses dengan mudah menggunakan smartphone. Banyak sekali aplikasi yang mampu menunjang kegiatan jual beli.

Menyenangkan bukan? Saat ini segalanya dapat kita akses melalui internet. Saat kita tidur, duduk, diam rumah, semua yang kita butuhkan akan terpenuhi secara instan. Kita tidak perlu membuang waktu untuk pergi ke luar rumah jauh-jauh untuk membeli sayur dapur yang habis. Tidak perlu berdesak-desakan antri di kasir saat membeli pakaian di toko. Ketika lapar tidak perlu memasak, tinggal order online pesanan akan sampai di depan pintu rumah dalam hitungan menit. Di angka tahun yang semakin banyak, maka akan semakin dipermudah pula hidup ini. Namun, kita tidak boleh terlena akan segala sesuatu instan tersebut. Segala hal mampu memunculkan dampak positif mapun dampak negatif di dalamnya. Kita harus mampu selektif dalam menghadapinya. Dengan adanya kita tidur dan hanya duduk di rumah menunggu pesanan makanan online, kita tidak mampu berinteraksi dengan khalayak banyak di luar sana. Pribadi introvert dan jiwa sosial rendah akan bertebaran. Sekolah yang dilaksanakan daring pun tidak menjamin kejujuran para siswanya. Saat ujian tiba dan dilaksanakan secara daring, apakah guru mampu menjamin siswanya jujur dalam mengerjakan soal? Memang, kejujuran haruslah timbul dari kesadaran tiap individu masing-masing. Namun jika sekolah diadakan secara daring, akan banyak hal terlewatkan di dalamnya, seperti halnya momen perjuangan bersama teman di sekolah. Banyak murid hanya mengikuti presensi saja ketika pembelajaran dilakukan secara daring, saat pemaparan materi mereka melakukan aktivitas lain di luar pembelajaran. Hal tersebut dapat memicu rendahnya softskill pelajar. Selain kejadian tersebut, kegiatan online mampu menurunkan jumlah pekerja toko-toko kecil. Contohnya pemilik toko yang dulunya memiliki banyak pegawai untuk menunggu gerai, saat ini pegawai tersebut terancam angkat kaki. Sebab kegiatan jual beli di kalangan masyarakat sangat minim dilakukan secara offline (langsung). Fenomena tersebut juga dapat menambah jumlah pengangguran di Indonesia.

Dampak dari adanya revolusi industri 4.0 saat ini yang paling menonjol yakni dalam dunia jual-beli. Banyaknya aplikasi jual beli online seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Blibli, GrabFood, Shopee Food, GoFood, dsb dapat menggantikan posisi toko offline. NielsenIQ mencatat jumlah konsumen belanja online di Indonesia yang menggunakan e-commerce mencapai 32 juta orang pada 2021. Jumlahnya melesat 88% dibanding tahun 2020 yang hanya 17 juta orang. Hal tersebut jelas memperlihatkan bahwa saat ini banyak masyarakat jauh lebih terpikat untuk membeli barang kebutuhannya melalui online. Padahal membeli barang di toko online tidak sepenuhnya menguntungkan pembeli. Walaupun cara memperolehnya mudah, namun kadang barang yang sampai tidak sesuai dengan postingan di gambar. Tidak sedikit pembeli yang merasa dirugikan karena hal tersebut. Contohnya saja konsumen membeli 7 potong baju dengan berbeda motif di satu toko online. Barang yang sampai dan realpict sesuai deskripsi dan gambar yang terpapar hanya 4 potong, 2 barang lainnya tidak realpict atau bahkan datang dengan kondisi tidak normal (sobek, kotor, rusak), dan 1 barang tidak dikirim. Sudah tidak awam lagi bagi para pembeli barang di toko online jika menemuni masalah serupa. Walaupun kenyataannya demikian, peminat konsumen toko online saat ini malah meningkat drastis. Peristiwa tersebut mengakibatkan toko offline gulung tikar. Mereka merasa tidak mampu melakukan persaingan harga dengan toko online yang bertebaran dimana-mana dengan penawaran gambar produk yang bagus, namun harga miring. Pedagang toko offline tidak akan mampu bersaing dengan hal demikian, sebab uang modal 1 produk jualan mereka terkadang setara dengan 1 produk jualan di toko online. Yang membedakan hanyalah saat membeli secara langsung datang ke toko, konsumen dapat mengetahui lebih detail bagaimana tampilan dan kondisi fisik barang yang akan dibeli. Konsumen juga dapat menyentuh, bahkan kadang juga diperbolehkan untuk mencoba produk tersebut, misalnya pakaian. Sebenarnya untuk memilih dimana (online/offline) kita akan membeli barang kita adalah suatu hak dan keputusan masing-masing tiap individu dengan pertimbangan opsional. Konsumen sebaiknya lebih selektif dan bijak dalam mengambil opsi. Mengutamakan pelayanan mana yang lebih menguntungkan, namun jangan sampai mematikan pelaku pedagang toko offline.

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Purba, Nabillah & Mhd Yahya & Nurbaiti, M. Kom. 2021. Revolusi Industri 4.0: Peran Teknologi Dalam Eksistensi Penguasaan Bisnis dan Implementasinya. Jurnal Perilaku dan Strategi Bisnis, 9(2), 95.

 

Uli. 2021. "Konsumen Belanja Online RI Melonjak 88 Persen pada 2021”, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211229141536-92-740093/konsumen-belanja-online-ri-melonjak-88-persen-pada-2021. Diakses pada 25 September 2022.

Komentar

  1. tim yang masih suka belanja offline😜

    BalasHapus
  2. sebarnya enak belanja offline kan cuma tawaran diskon dionline kadang menggoda iman

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Cerpen "Anjing-anjing Menyerbu Kuburan" Karya Kuntowijoyo

Teks Eksposisi "Penetapan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi UNESCO"

Resensi Film "Budi Pekerti"