Artikel Ilmiah "Rumah Adat Papua"

Keunikan Rumah Mungil Khas Papua


Papua ialah salah satu pulau besar di Indonesia yang berada di wilayah timur. Papua memiliki kebudayaan sangat beragam, mulai dari pakaian adat, tarian adat, senjata tradisional, dan rumah adat. Rumah adat Papua memiliki suatu keunikan yang mudah dikenali yakni dengan konstruksinya terbuat dari bahan alam dan ramah lingkungan. Hal tersebut mampu menimbulkan kesan asri dan alami dari rumah adat masyarakat Indonesia bagian Timur yang memberi kenyamanan bagi penghuninya. Umumnya rumah adat Papua berukuran mungil, tidak seperti rumah adat lainnya. Sebab menyesuaikan suhu lingkungan di daerah sana yang tergolong dingin. Rumah adat Papua yang paling populer bagi kalangan masyarakat Indonesia yakni salah satunya rumah Honai.

Berikut penjelasan tentang berbagai macam rumah adat khas Papua, antara lain:

 

1.  Rumah Honai



 Sumber: https://www.indozone.id/life/d5soWqm/5-keunikan-honai-rumah-adat- papua-suku-dani

 

Rumah Honai merupakan rumah adat Papua yang paling dikenal dan tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Rumah ini berbentuk seperti jamur raksasa. Menurut Prawoto (2015) Honai berasal dari dua kata, yakni “Hun” yang berarti pria dewasa dan “Ai” yang berarti rumah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa makna rumah Honai ialah rumah yang ditempati oleh pria dewasa. Rumah ini berfungsi untuk tidur laki-laki dewasa, tempat berkumpul, pertemuan kelompok, menerima tamu, dan memberikan edukasi kepada anak laki-laki tentang strategi perang dan kemampuan bercocok tanam. Menurut Widiati (2016:25) Rumah Honai ialah rumah adat yang memiliki kontruksi dan arsiteksur sederhana, sebab dapat ditemukan di lembah-lembah dan pegunungan dengan ketinggian 2.500 meter di atas permukaan laut dengan iklim yang dingin.

Rumah Honai diciptakan pertama kali oleh Suku Dani. Suku Dani adalah salah satu suku asli yang mendiami tanah Papua. Suku ini tinggal di Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, tepatnya antara Bukit Ersberg dan Grasberg. Menurut Septiyani (2021) Sebagian besar Suku Dani memeluk agama Kristen Protestan, namun masih belum bisa lepas dari adat istiadatnya sebagai penganut kepercayaan roh-roh nenek moyang yang sudah meninggal. Perpaduan dari dua keyakinan tersebut dapat dilihat dari upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dani. Mereka rutin melakukan ritual penghormatan terhadap roh leluhur. Suku Dani memiliki cara yang cukup ekstrim dalam menunjukkan duka atas kematian orang terdekat dengan memotong jari-jari mereka. Pemotongan jari wajib dilakukan jika ada anggota keluarga atau kerabat dekat yang meninggal guna mencegah datangnya malapetaka. Pemotongan tersebut dapat dilakukan pada semua jari kecuali ibu jari. Biasanya, bagian yang dipotong adalah dua ruas jari. Tradisi ini disebut dengan tradisi “niki paleg”.


Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/07/02/tradisi-potong-jari- suku-dani

 

Menurut Anjani (2022) Suku Dani sebelum menciptakan rumah Honai hanya tinggal di bawah pohon-pohon besar. Namun karena kondisi alam yang tidak menentu, mereka pun memutuskan untuk membuat rumah. Terciptanya rumah Honai ini sebab masyarakat Suku Dani termotivasi dari cara burung yang mampu membuat sarang ketika hendak bertelur. Burung akan mengumpulkan ranting-ranting kayu dan rumput-rumput kering, kemudian membuat sarang yang berbentuk bulat dari ranting dan rumput kering yang mereka kumpulkan. Peristiwa tersebutlah yang menginspirasi suku Dani untuk membuat rumah Honai.

Rumah Honai berbentuk lingkaran seperti sarang burung melambangkan persaudaraan erat tanpa putus. Dindingnya terbuat dari kayu kokoh yang disusun berdiri dan berbentuk melingkar. Kayu tersebut diruncingkan salah satu ujungnya lalu ditancapkan ke dalam tanah sehingga mampu berdiri. Pelapis dasar lantainya rumput atau jerami. Di dalam rumah Honai tidak menyediakan kursi untuk menyambut tamunya, masyarakat Suku Dani menyambut tamu dengan duduk di atas alas rumput atau jerami tersebut bersama dengan tuan rumah, agar membentuk kebersamaan. Tiangnya terbuat dari kayu yang kuat dan keras sebagai penyangga beban rumah yang diibaratkan seperti tulang punggung manusia yang mampu menopang tubuh agar tetap berdiri tegak. Atapnya terbuat dari tumpukan daun sagu, ilalang, dan jerami kering yang disusun berbentuk kerucut tumpul, agar mampu mengurangi hawa dingin serta agar air hujan segera turun tanpa harus membasahi dinding. Ilalang atau jerami yang digunakan sebagai atap mungkin terlihat rapuh dan lemah. Namun tajamnya ujung ilalang memiliki makna bahwa orang Papua adalah orang-orang yang mandiri, kritis, kuat, dan mampu menyesuaikan diri. Menurut Setyaningrum (2021) Dalam pembuatan rumah Honai ini tidak menggunakan paku sama sekali namun menggunakan bahan- bahan alam seperti rotan untuk mengikatnya. Sementara untuk alas tempat tidur di dalam rumah Honai menggunakan lokop atau pinde yang bentuknya menyerupai bambu kecil. Rumah ini hanya memiliki satu pintu tanpa disertai jendela. Secara keseluruhan, tinggi rumah ini hanya mencapai 3-7 meter (2 lantai) dan diameternya 4-6 meter.



 


Sumber: https://kayanblog.wordpress.com/2015/05/05/rumah-tradisional-papua- honai/

 

Dengan ukuran yang tidak terlalu lebar bertujuan untuk menjaga kondisi di dalam rumah tersebut agar tetap hangat meski sebab udara sekitar cukup dingin, terutama di kawasan pegunungan. Agar temperatur di dalam rumah semakin hangat, di tengahnya terdapat tempat pembakaran api unggun. Adanya tempat pembakaran di tengah-tengah rumah lantai pertama juga menjadi sumber penerangan. Perapian tersebut biasanya dibuat dengan cara menggali tanah di dasar lantai pertama untuk dijadikan tungku.

 

Sumber: https://kayanblog.wordpress.com/2015/05/05/rumah-tradisional-

papua-honai/


Walaupun terkesan mungil, rumah Honai ini memiliki dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat tidur, menyimpan barang berharga seperti peralatan berburu, peralatan perang, segala macam simbol, peralatan yang telah diwariskan oleh para leluhur, bahkan sebagai penyimpanan jenazah yang telah diawetkan menjadi mumi. Sedangkan lantai kedua digunakan sebagai bersantai, makan, dan melakukan aktivitas keluarga lainnya. Rumah Honai ini juga mampu menampung sebanyak 5-10 orang.

 

2.  Rumah Ebei


Sumber: https://www.ruparupa.com/blog/macam-rumah-adat-papua-beserta- keunikannya/

 

Menurut Azizah (2022) Ebei berasal dari dua kata yakni “Ebe” yang berarti tubuh dan “Ai” yang berarti perempuan. Hal tersebut bermakna bahwa perempuan merupakan tubuh kehidupan sebelum manusia dilahirkan. Rumah Ebei merupakan suatu simbol bagi suku Dani sebagai bentuk tingginya harkat dan martabat mereka. Rumah Ebei memiliki konstruksi yang sama dengan rumah Honai, hanya saja ukurannya lebih pendek dan kecil dibandingkan Honai. Namun yang membedakan antara keduanya ialah siapa yang menempatinya. Rumah Ebei ini khusus ditempati oleh perempuan dewasa. Tetapi anak laki-laki yang belum dewasa diperbolehkan untuk tinggal di sini dan ketika mereka sudah dewasa maka harus dipindahkan ke rumah Honai. Selain untuk tidur bagi para perempuan dewasa, di dalam rumah ini perempuan yang akan beranjak dewasa diajarkan berbagai macam hal agar siap menjadi istri yang baik.


 


DAFTAR PUSTAKA


Agustin, Kendita. 2019. “Tradisi Potong Jari, Mengerikan Tapi Penuh Makna”, dalam                      https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/07/02/tradisi- potong-jari-suku-dani. Diakses pada 13 Desember 2022.

 

Anjani, Anastasia. 2022. “Rumah Adat Honai Khas Papua, Ini Sejarah dan Jenisnya”,         dalam                              https://www.detik.com/edu/detikpedia/d- 5965621/rumah-adat-honai-khas-papua-ini-sejarah-dan-jenisnya. Diakses pada 13 Desember 2022.

Anjelita, Chyntia. 2022. “9 Macam Rumah Adat Papua dan Keunikannya”, dalam https://www.ruparupa.com/blog/macam-rumah-adat-papua-beserta- keunikannya/. Diakses pada 13 Desember 2022.

 

Anonim. 2022. “5 Keunikan Honai Rumah Adat Papua Suku Dani”, dalam https://www.indozone.id/life/d5soWqm/5-keunikan-honai-rumah-adat- papua-suku-dani. Diakses pada 13 Desember 2022.

 

Azizah, Laeli Nur. 2022. “Rumah Adat Papua: Jenis, Fungsi, Keunikan, dan Filosofi”, dalam https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-papua/. Diakses pada 13 Desember 2022.

Prawoto,   Eko   Agus.   2015.    “Rumah   Tradisional   Papua    (Honai)”,    dalam https://kayanblog.wordpress.com/2015/05/05/rumah-tradisional-papua- honai/. Diakses pada 13 Desember 2022.

 

Septiyani, Kistin. 2021. “Suku Dani, Penghuni Tanah Papua yang Punya Tradisi Potong    Jari”,                                                        dalam https://travel.kompas.com/read/2021/08/27/121600027/suku-dani- penghuni-tanah-papua-yang-punya-tradisi-potong-jari?page=all/. Diakses  pada 13 Desember 2022.

Setyaningrum, Puspasari. 2021. “Mengenal Honai, Rumah Adat Papua, dari Keunikan,       Ciri                           Khas,       hingga         Fungsi”,        dalam https://regional.kompas.com/read/2021/12/27/205416178/mengenal- honai-rumah-adat-papua-dari-keunikan-ciri-khas-hingga- fungsi?page=all. Diakses pada 13 Desember 2022.

 

Widiati, Iis Roin. 2016. “Kajian Struktur Rumah Tradisional Papua (Honai)”, Jurnal Ilmiah Teknik dan Informatika, Vol. 1, No.1, pp.25-30. Diakses dari https://nanopdf.com/download/kajian-struktur-rumah-tradisional- papua-honai_pdf. Diakses pada 13 Desember 2022.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Cerpen "Anjing-anjing Menyerbu Kuburan" Karya Kuntowijoyo

Resensi Film "Budi Pekerti"

Review Novel "Sabda Palon: Tonggak Bumi Jawa"