Teks Narasi "Terpeleset Lapangan Becek Tidak Seindah Terpeleset Cintamu"

 


Sumber: https://th.lovepik.com/

Terpeleset Lapangan Becek Tidak Seindah Terpeleset Cintamu

Zahra merupakan mahasiswi prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 3 Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta. Ia berhasil lolos seleksi SNMPTN di prodi yang ia inginkan. Menjadi salah satu siswi SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta yang mampu lolos seleksi SNMPTN tentu hal yang membanggakan bagi dirinya, keluarga, maupun sekolahnya. Berhasil lolos di perguruan tinggi favorit yang ada di Yogyakarta menjadikan dirinya lebih percaya diri jika akan melakukan reuni SMP maupun SMK untuk menjawab segala topik pembahasan yang sangat random. Termasuk beberapa pertanyaan yang tidak lupa untuk dilontarkan, “Kowe sido ketompo kuliah nandi? Jurusan opo?”, “Saiki kuliah po kerjo?”, dan pertanyaan serupa lainnya. Zahra tentu tidak akan pusing untuk menjawab hal sepele tersebut. Namun, hal yang membuat dirinya jengkel ialah momen di mana teman-temannya membahas peristiwa sekitar 4 tahun silam di lapangan sempit dan becek itu.

Pada 4 tahun silam, ketika Zahra duduk di bangku kelas 10 SMK terdapat sebuah kejadian memalukan bagi Zahra, namun dianggap lucu dan selalu menjadi bahan topik bercandaan setiap dirinya melakukan reuni bersama teman-teman sekelasnya. Kejadian itu berawal saat Zahra sedang melakukan olahraga pada jam mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Saat itu, sekolahnya belum memiliki lapangan sendiri. Hal tersebut yang menyebabkan siswa SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta mau tidak mau mengadakan kegiatan olahraga di lapangan Sidokabul yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Lapangannya tidak terlalu luas, namun cukup untuk melakukan pembelajaran olahraga waktu itu. Lapangan yang tandus dan kering jika kemarau, serta becek saat musim hujan itu menyimpan kenangan memalukan bagi dirinya. Pembelajaran PJOK terjadwal hari Rabu pukul 07.00-08.30. Materi yang diajarkan oleh Pak Guru saat itu terkait salah satu jenis permainan bola kecil yaitu softball. Pak Guru memberikan contoh kepada siswa terkait praktik softball dengan jelas. Pemaparan materi dan praktik berlangsung sampai pukul 08.05. Pak Guru menyuruh siswa untuk mengisi sisa waktu jam pembelajaran yang ada dengan permainan. Seluruh siswa 1 kelas pun sepakat untuk bermain kucing-kucingan.

Permainan berlangsung secara riuh dan heboh. Semua siswa saling berteriak dan menjerit karena takut jika kena giliran main menjadi tikus atau yang berlari maupun kucing atau yang bertugas mengejar. Saat itu, tiba giliran Zahra yang bermain. Ia menjadi tikus untuk dikejar oleh sang kucing. Zahra berusaha lari menghindari temannya yang bertugas menjadi kucing. Temannya yang mengejar bernama Ulfa, dirinya memiliki postur tubuh lebih kecil dan pendek dibandingkan Zahra. Hal itu, membuat Ulfa berlari lebih gesit daripada Zahra. Zahra pun kewalahan dan memutuskan untuk hinggap ke barisan teman-teman lain yang berada di belakang, dengan tujuan teman lain yang akan menggantikannya untuk menjadi tikus. Namun malang, saat Zahra hendak hinggap ke barisan yang ia tuju ternyata ia malah terpeleset. Kondisi lapangan yang becek dan kepanikan dalam dirinya saat berlari membuat ia terpelanting ke tanah. Kepalanya terbentur ke tanah becek dan hijabnya merosot. Jarum pentul yang mengaitkan hijab segiempatnya koyak. Hijabnya terbuka dan tersangkut di lehernya, rambut Zahra pun terlihat jelas di hadapan teman-temannya. Gelak tawa pun tak dapat dihindarkan lagi. Teman-teman dan gurunya tertawa melihat kondisi Zahra. Zahra menahan malu sambil berusaha bangun dan merapikan hijabnya yang tersangkut di leher. Dirinya jauh lebih merasa malu setelah mengetahui bahwa ia ternyata terpeleset tepat di depan teman laki-laki yang ia sukai sejak lama.

Setelah kejadian menjengkelkan itu, Zahra sering diejek teman-temannya. Hal itu menjadi bahan lelucon teman satu kelasnya. Bahkan ketika sudah lulus pun teman-temannya masih mengingat kejadian itu. Zahra tentu juga tidak akan melupakan kejadian itu, sebab ia merasa malu terhadap teman-temannya, terutama terhadap teman laki-laki yang ia sukai. Saat acara reuni, momen itu selalu tidak lupa menjadi salah satu topik pembicaraan yang menghidupkan keseruan acara.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ulasan Cerpen "Anjing-anjing Menyerbu Kuburan" Karya Kuntowijoyo

Teks Eksposisi "Penetapan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi UNESCO"

Resensi Film "Budi Pekerti"